Minggu, 14 November 2010

obyek Wisa KEBUMEN

20 Februari 2009

Investasi Pariwisata di Kebumen

Diarsipkan di bawah: Studi & Proposal — Sony Yulianto @ 7:10 pm

Proposal Investasi Pariwisata di Kabupaten Kebumen disampaikan dalam kunjungan sdr. Wiwien Januarto, salah seorang mitra kami dari Kebumen yang telah melakukan pembicaraan dan membina kemitraan dengan pejabat di lingkungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah dan juga telah melakukan beberapa survey ke lokasi-lokasi yang ditawarkan untuk kegiatan investasi ini.
Dalam kunjungannya, Wiwien yang menyempatkan diri mampir ke Pekalongan sebelum mengikuti Rakerda Ikatan Motor Indonesia Jawa Tengah di Semarang menyampaikan beberapa data dan foto survey mengenai kegiatan investasi tersebut, yang meliputi :
  1. Investasi Kerjasama Promosi Obyek Wisata
  2. Rencana Kerjasama Pengembangan Obyek Wisata Jatijajar
  3. Rencana Pengembangan Obyek Wisata Pantai Menganti
Peta Lokasi Rencana Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Kebumen
Dalam Investasi Kerjasama Promosi Obyek Wisata, di kabupaten kebumen terdapat beberapa obyek wisata, diantaranya :
Goa Jatijajar Kecamatan Ayah, 14 km dari Ijo ke Selatan atau 42 km ke barat dari Kebumen. Patung-patung di dalam gua menggambarkan legenda Raden Kamandaka. Di Kawasan Obyek Wisata Gua jatijajar terdapat Gua Dempok, Gua Titikan, Gua Intan dan Gua Jatijajar satu paket. Di dalam Gua Jatijajar terdapat empat sendang yaitu : Sendang Mawar, Kantil, Jombor dan Puser Bumi. Apabila kita cuci muka di sendang Mawar kita akan awet muda, bila cuci muka di sendang Kantil akan meningkat derajatnya. Sendang Jombor dapat untuk wisata minat khusu Cave Diving dan di Sendang Puser Bumi orang percaya untuk Semedi.
Pantai Logending. Terletak 11 km arah selatan gua Jatijajar tepatnya di desa Ayah Kecamatan Ayah. Terdapat Bumi perkemahan, Hutan wisata, Jalan di atas air dermaga dan wisata perahu serta dapat menikmati sea food di warung-warung atau belanja ikan segar yang dapat dibeli di TPI Ayah.
Pantai Karang Bolong. Pantai ini sangat terkenal dengan sarang burung lawetnya, terletak 18 km dari Gombong. Terdapat tiga gua dimana burung lawet tinggal yaitu Gua Pasir, Gua Karangduwur dan Gua Karangbolong. Sarang burung lawet ini dapat digunakan untuk obat campuran makanan. Pengunduhan dilakukan empat kali yaitu pada musim karo, kapat, kapitu dan kasongo dimana sebelum pengunduhan lawet ini didahului dengan upacara selamatan.
Pantai Petanahan. Dataran pantai landai berpasir yang sangat khas dengan gumuk pasir yang selalu berpindah, ini terletak 17 km ke arah selatan Kebumen. Dapat dicapai dengan kendaraan umum atau pribadi. Terdapat fasilitas pendukung seperti taman parkir, taman bermain, sanitasi, warung makan serta panggung hiburan. Di kawasan pantai ini sering digunakan untuk event festival layang-layang. Pada Syawalan hari ke 1 – 7 sangat ramai karena tradisi masyarakat Kebumen untuk berkunjung ke Pantai.
Goa Petruk. Terletak 7 km selatan Goa Jatijajar. Terdapat stalaktit dan stalakmit yang bentuknya menyerupai payudara, tugu pancuran, buaya putih, semar, otak, srigala, gajah dan lain-lain. Menyusuri Goa Petruk dibagi dua jalur yaitu jalur pendek 125 meter dan jalur panjang 664 meter dengan memakai peralatan sepatu boat, helm goa dan headlamp. Disamping kegiatan menyusuri goa juga dapat untuk tracking, panjat tebing dan juga ada homestay.
Pemandian Air Panas Krakal. Terletak di Desa Krakal Kecamatan Alian, 11 km timur laut Kebumen. Pengunjung dapat menikmati air hangat untuk rileks serta dapat untuk penyembuhan berbagai macam penyakit seperti gatal, kudis dan rematik.
Waduk Sempor. Terletak 5 km sebelah utara kota Gombong tepatnya di desa Sempor Kecamatan Sempor. Selain untuk mengairi pertanian juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan olah raga, rekreasi, memancing dan usaha perikanan.
Waduk Wadaslintang. Waduk ini lebih besar dari waduk Sempor. Terletak 35 km ke arah timur laut kota Kebumen tepatnya di Kecamatan Padureso. Pengunjung dapat menikmati pemandangan indah waduk dengan memancing dan usaha perikanan.
Benteng Vander Wijck. Terletak di kota Gombong, 21 km barat Kebumen. Dibangun pada abad ke 18 untuk pertahanan Belanda. Mudah dicapai dengan kendaraan pribadi atau umum. Terdapat fasilitas pendukung antara lain : Hotel, Restoran, Ruang pertemuan, kolam renang, rekreasi air, kereta mini, Panggung hiburan dan ruang seminar.
Situs Geologi Karangsambung. Desa Karangsambung terletak sekitar 17 km utara Kebumen, dihubungkan oleh jalan beraspal hingga Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karangsambung yang dikelola oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kawasan Karangsambung terletak di bagian selatan rangkaian Pegunungna Serayu Selatan, yang daerahnya di susun oleh batuan berumumr pra-Tersier hingga Kuarter. Kompleks batuan pra-Tersier yang berumur puluhan juta tahunmerupakan alas dari Pulau Jawa yang tersingkap. Situs geologi tersebut merupakan satuan tektonik yang terbentuk akibat penunjaman Samudra Hindia-Australia di bawah pinggiran Benua Asia Tenggara. Beragam Jenis ukuran dan lingkungan pengendapan batuan tercampur menjadi satu secara tektonik, membentuk endapan yang dikenal sebagai bancuh (melange).
Sendang Pelus. Obyek wisata alam budaya ini terletak di Kecamatan Buayan, sekitar 10 km selatan Gombong atau 31 km baratdaya Kebumen. Air yang ke luar dari celah batu gamping di bawah perbukitan membentuk sebuah sendang yang memiliki garis tengah sekitar 5 m. Limpahan air disalurkan melalui parit, yang di bagian hilirnya dipakai oleh penduduk setempat untuk keperluan memasak, mandi dan mencuci.
Sendang atau mata air ini dihuni oleh 7 ekor pelus sejenis belut besar yang dikeramatkan. Pada hari-hari tertentu banyak orang menaruh sesaji di pinggir sendang dan memohon supaya cita-cita dan keinginannya terkabul. Upacara ritual ini diakhiri dengan memberi makan pelus, berupa nasi dan telur goreng. Pemberian makanan dilakukan melalui juru kunci penjaga sendang, yang dijabat secara turun-temurun. Setahun sekali sendang dibersihkan, didahului dengan upacara yang digelar secara adat dan tradisi setempat.
Pantai Karangbata. Obyek wisata yang belum dikembangkan ini terletak sekitar 7 km timur Pantai Logending, menempati sebuah tanjung kecil yang curam sehingga merupakan pantai terjal. Pantai yang terletak di bawah bangunan mercu suar ini dapat dicapai dengan berjalan kaki melalui pematang perbukitan yang landai. Gawir terjal yang berbatasan langsung dengan laut merupakan bidang sesar turun. Bongkah bagian selatan yang ambles menyisakan beberapa tonjolan yang muncul di atas permukaan laut, yang menjadi bertambah rendah karena kegiatan abrasi.
Pantai Menganti. Pantai yang terletak sekitar 3 km timur Pantai Karangbata ini merupakan pantai landai berpasir yang dibatasi oleh perbukitan batu gamping dan batuan (klastika) gunung api. Hamparan pasir berwarna putih hasil abrasi batu gamping dan keindahan pohon kelapa di pinggir pantai menciptakan nuansa dan pesona keindahan tersendiri. Pantai ini dimanfaatkan untuk melabuhkan perahu setelah semalaman melaut mencari ikan dan udang.
Kecuali sebagi objek wisata pantai, kawasan Pantai Menganti dan Pantai Karangbata juga cocok untuk dikembangkan menjadi objek argowisata. Disini wisatawan dapat melakukan kegiatan memancing dan berbelanja ikan laut.
Pantai Rowo Mirit. Pantai yang terletak di dekat perbatasan Kabupaten Purworejo ini merupakan pantai landai yang cukup luas, dengan hamparan pasir putihnya yang menyilaukan di siang hari. Deburan ombak laut selatan yang bergulung-gulung menumbuhkan keindahan tersendiri.
Investasi Kerjasama Promosi Obyek Wisata ini meliputi berbagai kegiatan penyelenggaraan promosi wisata dan event-event di lokasi obyek wisata tersebut.
Kegiatan Pengembangan Obyek Wisata Goa Jatijajar yang ditawarkan kepada investor, meliputi pembangunan berbagai sarana pendukung obyek wisata dan pengelolaan obyek wisata.
Sedangkan untuk Pengembangan Obyek Wisata Pantai Menganti terdapat beberapa prospek investasi sarana, prasarana dan pola pengelolaan yang sangat prospektif bagi para investor yang berminat.
Untuk lebih jelasnya kami bersama sdr. Wiwien Januarto, siap membantu untuk melakukan studi lebih lanjut dalam rangka investasi pariwisata tersebut.

crita traju krakal

Objek Wisata Baru di Bumijawa

Selama ini jika kita bicara objek wisata di Tegal bagian selatan adalah Pemandian Air Panas Guci.Namun sekarang ada objek wisata baru yang terletak di Bumijawa. Namanya Sulaku Bumijawa Park.
Objek wisata ini bisa memecah keramaian dan kemacetan Guci terutama saat lebaran.

Selain udara yang sejuk dan segar, di sana tersedia berbagai fasilitas seperti kolam pemandian (air dingin) dengan prosotan dan ember tumpah, ada flying fox bahkan 2 tempat, ada kolam pemancingan, mengendarai atv di kebun strawberi, aneka bibit pertanian dan bunga, bahkan ada pula jamu tradisional, dll.
Namun karena masih baru jadi masih banyak dilakukan pembenahan dan penambahan fasilitas baru.
Nah, bagi anda yang mau berlibur bersama keluarga, di sini bisa menjadi tempat wisata alternatif selain Guci.

Rabu, September 15, 2010

Bronjong

Orang Krakal dan sekitarnya pasti mengenal tempat yang bernama Bronjong. Bronjong adalah kali di sebelah utara pasar Indrakila (bagian dari kali Kedungbener) yang sejak aku kecil tepinya diberi beronjong untuk mencegah erosi.Waktu aku kecil Bronjong adalah tempat favorit untuk mandi, karena airnya yang dalam. Kami biasa mandi dan bermain di sana berjam-jam sampai kulit berwarna ungu (saking hitamnya kepanasan). Kami melompat dari jalan raya ke kali dengan sensasi yang luar biasa karena tebingnya yang tinggi.
Sekarang Bronjong sudah tidak begitu dalam. Mungkin karena pendangkalan atau debit airnya yang menurun. Hal ini bisa disebabkan penggundulan hutan di daerah hulu sungai Kedungbener. Bahkan sempat terjadi banjir bandang pada bulan Mei lalu.
Bronjong sekarang sudah tidak dipakai untuk mandi, tetapi menjadi tempat pemancingan umum walaupun aku tak yakin banyak ikannya. Di situ terdapat himbauan yang dibuat oleh Karang Taruna Indera Bhakti Krakal SubRW IV yang berisi larangan mencari ikan dengan racun, strum, peledak, dll. Hal ini sangat baik sebagai salah satu usaha menjaga kelestarian lingkungan.
Selamat memancing ria!

Minggu, Agustus 29, 2010

Mudik

Setiap akhir bulan Ramadhan orang-orang disibukkan oleh sebuah kegiatan yang bernama mudik. Tak terkecuali saya.
Menyebut kata mudik, bayangan masa kecil menerawang di atas kepala.
Riuh rendahnya atau tepatnya bisingnya suara bedug di masjid yang dipukul tepat jam 12 malam sehabis tadarusan, yang tujuannya membangunkan orang untuk sahur, walaupun kenyataannya belum waktunya. Bahkan kadang-kadang saking gaduhnya menyebabkan pak kyai marah. Hal tersebut masih jelas tergambar di dalam ingatan. Setelah capek memukuli bedug dengan sekuat tenaga lalu pulang untuk makan sahur. Ya, waktu masih jam 1, tidak seperti sekarang waktu sahur dihabiskan sampai imsak. Kemudian kembali lagi ke masjid untuk meneruskan tidur sampai pagi.Mudik adalah pulang.Pulang ke orang tua. pulang ke saudara sanak famili. Pulang ke kampung halaman. Pulang dengan segenap rindu dendam. Walau di hati ada beban. Tak bisa bahagiakan orang tua, tak bisa berbuat banyak untuk saudara sanak familinya. Tak punya andil bagi kampung halamannya.
Orang tua, saudara sanak famili, kampung halaman adalah tempat di mana kita pulang.
Seperti saat ditanya apa fungsi rumah. Selain jawaban yang sangat normatif menurutku rumah adalah tempat kita pulang.
Orang tua, saudara sanak familì, kampung halaman adalah adalah 'rumah' tempat kita pulang setelah pergi ratusan kilo meter mencari nafkah. Itulah mudik.
Aku juga akan mudik, insya Alloh.

Selasa, Agustus 17, 2010

Kolang kaling si Buah Tajil

Siapa yang tak kenal kolang kaling, cemilan putih transparan yang rasanya kenyal dan segar yang biasa dibuat kolak atau manisan saat bulan Ramadhan.
Kolang kaling adalah buah dari pohon aren (arenga pinnata).
Kolang kaling mengandung kadar air yang sangat tinggi yaitu mencapai 93,8%. Zat gizi yang terkandung pada kolang kaling adalah protein 0,69%, 4 gram karbohidrat, kadar abu sekitar 1 gram, dan serat kasar 0,95 gram.
Karena mengandung karbohidrat maka dapat menimbulkan rasa kenyang, hal ini baik untuk orang yang sedang diet. Selain itu juga membantu proses pencernaan makanan karena mengandung serat.Di bulan Ramadhan ini permintaan kolang kaling meningkat seperti yang dikatakan oleh pembuatnya di desa Dukuhtengah, Bojong, Tegal ketika kutanyakan mengapa membuatnya hanya saat bulan puasa. Katanya lagi, di lain bulan puasa harganya murah. Harga di tempat pembuatnya hanya Rp 7.000,- sedangkan di pasar mencapai Rp 10.000,-.
Untuk bisa dimakan, biji yang bergetah gatal saat masih mentah ini harus dibakar atau direbus selama 2 jam.
Nah, selamat berbuka puasa dengan kolak kolang kaling.

Senin, November 16, 2009

Nonton Lomba Burung Berkicau

Hari Minggu kemarin (15/11/2009) saya menonton lomba burung berkicau di halaman belakang Kantor Dinas Perikanan Purbalingga. Asyik, itu kesan yang saya dapat. Ada burung yang berkicau sambil berlompatan, ada yang sambil mengepakkan sayapnya, bahkan ada yang berkicau seperti sedang mabuk. Tapi sayang aku tak paham nama-nama burung itu walaupun sejatinya sudah diumumkan pengeras suara namun aku kurang jelas menangkapnya. Namun ada hal yang yang sangat mengganggu kenikmatan menonton saya yaitu suara teriakan pemilik burung tersebut kepada juri penilai supaya memperhatikan dan menilai burungnya masing-masing. Suara tersebut sangat gaduh bahkan banyak juga yang menggunakan peluit. Apa memang seperti itu adatnya? Soalnya aku baru sekali ini menontonnya. Apa tidak sebaiknya pemilik burung mempercayakan penilai tanpa teriakan. Apa tanpa teriakan penilai tak bisa bekerja secara profesional dan tak bisa dipercaya? Atau memang sudah menjadi budaya kita sulit mempercayai orang lain, suka mengatur, menilai sebelum pekerjaan selesai, dan senang berkomentar?

Sabtu, September 19, 2009

Selamat Idul Fitri 1430 H

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar. Allohu Akbar walillahilhamd. Seiring takbir berkumandang menggema di relung jiwa, saya dengan segenap kerendahan hati mengucapkan "Taqobalallohu mina waminkum taqobal ya karim, kulla 'amin waantum bikhairin, shiyamana washiyamakum. Selamat Idul Fitri 1430 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin"

Rabu, Agustus 26, 2009

Jalur Alternatif Mudik 2009 ke Purbalingga, Purwokerto, Kebumen dan sekitarnya (Mudik sambil Refreshing)

Bagi anda yang akan mudik menuju Purwokerto, Purbalingga, Kebumen dan sekitarnya, anda bisa mencoba melewati jalur alternatif berikut yaitu dari Slawi-Yomani (Yamansari) belok kiri arah Guci (Wisata Pemandian Air Panas)-Tuwel-Karangsari-Pulosari-Pratin-Selaganggeng (Mrebet)-Purbalingga. Jalur ini akan menghindari kemacetan di Bumiayu. Untuk melanjutkan ke Kebumen ambil jurusan Banjarnegara, di pertigaan setelah SPBU Mandiraja belok kanan menuju Bendungan Sempor lalu Gombong. Jalur ini akan menghindari kemacetan di Buntu, Kemranjen atau Sumpiuh. Selama dalam perjalanan itu mata anda akan dimanja oleh pemandangan yang sangat indah serta udara yang sejuk di lereng Gunung Slamet. Namun melewati jalur ini dibutuhkan kondisi yang prima baik pengendara maupun kendaraannya, karena walaupun sebagian besar jalan beraspal hotmix tapi anda akan melewati tanjakan, turunan, dan belokan yang tajam, serta jalan yang agak sempit. Jalan yang rusak terdapat di wilayah Pulosari. Anda akan melewati kebun stroberi, pinggir hutan pinus, damar, serta pintu belakang Wana Wisata Baturaden. Di jalur itu juga ada beberapa alternatif jalur, bisa lewat Moga, Randudongkal, atau Gua Lawa Karangreja yang nantinya lewat Bobotsari lalu Purbalingga. Sekali lagi karena melewati jalan desa maka kondisi pengendara harus benar-benar fit supaya tidak lengah dalam menghadapi tanjakan, turunan, dan belokan yang tajam dan jangan ceroboh. Kendaraan pun harus sehat, bensin dan ban harus dipersiapkan dahulu untuk menghindari kehabisan bensin dan ban bocor sebab penjual bensin dan tambal ban jaraknya agak jauh-jauh. Nah, berani mencoba? Hati-hati dan waspada!

Membangun tapi....

Pasir adalah bahan bangunan yang sangat vital. Tanpa pasir bangunan tak bisa berdiri. Di daerahku jika akan membangun rumah atau bangunan lain pasir dibeli dari daerah lain tentunya dengan harga yang mahal. Untuk mengganti fungsi pasir yang mahal tersebut digunakanlah tras. Tras adalah tanah pasir yang diambil dari dalam tanah. Umumnya berwarna kecoklatan. Tras ini diambil dengan menggali bukit yang mengandung tras. Tidak semua bukit mengandung tras. Setelah digali bukit akan bertebing tegak penuh lubang bahkan ada yang seperti gua. Tentu ini sangat membahayakan bagi penggalinya dan tentunya juga lingkungan menjadi rusak. Tapi memang dilematis, di satu sisi sangat dibutuhkan di sisi lain menyebabkan kerusakan lingkungan. Di satu pihak bisa menggerakkan ekonomi kerakyatan dan wira usaha dengan usaha produksi batako atau penjualan tras dan batu itu sendiri di pihak lain berapa kerugian yang harus dibayar dengan adanya kerusakan lingkungan tersebut serta bencana yang sewaktu-waktu bisa timbul. Walohu a'lam bishowab.

Sabtu, 13 November 2010

Top 10 Most Evil Men

The most unfortunate aspect to researching this list was the realization that that I could do a top 100 most evil men and still have a multitude of people for a second list! The selection of this list is based not upon death tolls, but upon the general actions, and impact, or brutality of the people. From bad to worst, here are the top 10 evil men in history.
10. Attila The Hun
Atilla
Attila was Khan of the Huns from 434 until his death in 453. He was leader of the Hunnic Empire which stretched from Germany to the Ural River and from the Danube River to the Baltic Sea. In much of Western Europe, he is remembered as the epitome of cruelty and rapacity. An unsuccessful campaign in Persia was followed in 441 by an invasion of the Eastern Roman Empire, the success of which emboldened Attila to invade the West. He passed unhindered through Austria and Germany, across the Rhine into Gaul, plundering and devastating all in his path with a ferocity unparalleled in the records of barbarian invasions and compelling those he overcame to augment his mighty army. Attila drowned in his own blood on his wedding night.
9. Maximilien Robespierre
Robespierre
Maximilien Robespierre was a leader of the French revolution and it was his arguments that caused the revolutionary government to murder the king without a trial. In addition, Robespierre was one of the main driving forces behind the reign of terror, a 10 month post-revolutionary period in which mass executions were carried out. The Terror took the lives of between 18,500 to 40,000 people, with 1,900 being killed in the last month. Among people who were condemned by the revolutionary tribunals, about 8 percent were aristocrats, 6 percent clergy, 14 percent middle class, and 70 percent were workers or peasants accused of hoarding, evading the draft, desertion, rebellion, and other purported crimes.
In an act of coincidental justice, Robespierre was guillotined without a trial in 1794.
8. Ruhollah Khomeini
Khomeini 78
Ayatollah Khomeini was the religious leader of Iran from 1979 to 1989. In that time he implemented Sharia Law (Islamic religious law) with the Islamic dress code enforced for both men and women by Islamic Revolutionary Guards and other Islamic groups. Opposition to the religious rule of the clergy or Islam in general was often met with harsh punishments. In a talk at the Fayzieah School in Qom, August 30, 1979, Khomeini said:
“Those who are trying to bring corruption and destruction to our country in the name of democracy will be oppressed. They are worse than Bani-Ghorizeh Jews, and they must be hanged. We will oppress them by God’s order and God’s call to prayer.”
In the 1988 massacre of Iranian prisoners, following the People’s Mujahedin of Iran operation Forough-e Javidan against the Islamic Republic, Khomeini issued an order to judicial officials to judge every Iranian political prisoner and kill those who would not repent anti-regime activities. Many say that thousands were swiftly put to death inside the prisons. The suppressed memoirs of Grand Ayatollah Hossein-Ali Montazeri reportedly detail the execution of 30,000 political activists.
After eleven days in a hospital for an operation to stop internal bleeding, Khomeini died of cancer on Saturday, June 04, 1989, at the age of 86.
7. Idi Amin Dada
Amin 1809 Narrowweb  300X423,0
Idi Amin was an army officer and president of Uganda. He took power in a military coup in January 1971, deposing Milton Obote. His rule was characterized by human rights abuses, political repression, ethnic persecution, extra judicial killings and the expulsion of Indians from Uganda. The number of people killed as a result of his regime is unknown; estimates range from 80,000 to 500,000. On August 4, 1972, Amin issued a decree ordering the expulsion of the 60,000 Asians who were not Ugandan citizens (most of them held British passports). This was later amended to include all 80,000 Asians, with the exception of professionals, such as doctors, lawyers and teachers. Amin was eventually overthrown, but until his death, he held that Uganda needed him and he never expressed remorse for the abuses of his regime.
6. Leopold II of Belgium
Leopoldii
Leopold II was King of Belgium from 1865-1909. With financial support from the government, Leopold created the Congo Free State, a private project undertaken to extract rubber and ivory in the Congo region of central Africa, which relied on forced labour and resulted in the deaths of approximately 3 million Congolese. The regime of the Congo Free State became one of the more infamous international scandals of the turn of the century. The area of land privately owned by the King was an area 76 times larger than Belgium, which he was free to rule as a personal domain through his private army, the Force Publique. Leopold’s rubber gatherers tortured, maimed and slaughtered until at the turn of the century, the conscience of the Western world forced Brussels to call a halt.
5. Pol Pot
Polpot Vzoom
Pol Pot was the leader of the Khmer Rouge and the Prime Minister of Cambodia from 1976 to 1979, having been de facto leader since mid-1975. During his time in power Pol Pot imposed an extreme version of agrarian communism where all city dwellers were relocatedto the countryside to work in collective farms and forced labour projects. The combined effect of slave labour, malnutrition, poor medical care and executions is estimated to have killed around 2 million Cambodians (approximately one third of the population). His regime achieved special notoriety for singling out all intellectuals and other “bourgeois enemies” for murder. The Khmer Rouge committed mass executions in sites known as the Killing Fields. The executed were buried in mass graves. In order to save ammunition, executions were often carried out using hammers, axe handles, spades or sharpened bamboo sticks.
4. Vlad Ţepeş
Vlad02
Vlad III of Romania (also known as Vlad the Impaler) was Prince of Wallachia three times between 1448 and 1476. Vlad is best known for the legends of the exceedingly cruel punishments he imposed during his reign and for serving as the primary inspiration for the vampire main character in Bram Stoker’s popular Dracula novel. In Romania he is viewed by many as a prince with a deep sense of justice. His method of torture was a horse attached to each of the victim’s legs as a sharpened stake was gradually forced into the body. The end of the stake was usually oiled, and care was taken that the stake not be too sharp; else the victim might die too rapidly from shock. Wikipedia has an article that describes, in great details, the methods of Vlad’s cruelty. The list of tortures he is alleged to have employed is extensive: nails in heads, cutting off of limbs, blinding, strangulation, burning, cutting off of noses and ears, mutilation of sexual organs (especially in the case of women), scalping, skinning, exposureto the elements or to animals, and boiling alive. There are claims that on some occasions ten thousand people were impaled in 1460 alone.
3. Ivan IV of Russia
Ivan-The-Terrible-2-Sized
Ivan IV of Russia, also know as Ivan the Terrible, was the Grand Duke of Muscovy from 1533 to 1547 and was the first ruler of Russia to assume the title of Tsar. In 1570, Ivan was under the belief that the elite of the city of Novgorod planned to defect to Poland, and led an army to stop them on January 2. Ivan’s soldiers built walls around the perimeter of the city in order to prevent thepeople of the city escaping. Between 500 and 1000 people were gathered every day by the troops, then tortured and killed in front of Ivan and his son. In 1581, Ivan beat his pregnant daughter-in-law for wearing immodest clothing, causing a miscarriage. His son, also named Ivan, upon learning of this, engaged in a heated argument with his father, which resulted in Ivan striking his son in the head with his pointed staff, causing his son’s (accidental) death.
2. Adolf Hitler
Adolfhitler
Adolf Hitler was appointed Chancellor of Germany in 1933, becoming “Führer” in 1934 until his suicide in 1945. By the end of the second world war, Hitler’s policies of territorial conquest and racial subjugation had brought death and destruction to tens of millions ofpeople , including the genocide of some six million Jews in what is now known as the Holocaust. On 30 April 1945, after intense street-to-street combat, when Soviet troops were spotted within a block or two of the Reich Chancellory, Hitler committed suicide, shooting himself while simultaneously biting into a cyanide capsule.
1. Josef Stalin
Joseph Stalin
Stalin was General Secretary of the Communist Party of the Soviet Union’s Central Committee from 1922 until his death in 1953. Under Stalin’s leadership, the Ukraine suffered from a famine (Holodomor) so great it is considered by many to be an act of genocide on the part of Stalin’s government. Estimates of the number of deaths range from 2.5 million to 10 million. The famine was caused by direct political and administrative decisions. In addition to the famine, Stalin ordered purges within the Soviet Union of any person deemed to be an enemy of the state. In total, estimates of the total number murdered under Stalins reign, range from 10 million to 60 million.
Bonus: Emperor Hirohito of Japan
Hirohito
Hirohito was the Emporer of Japan from 1926 to 1989. In 1937, Japanese troops committed the war crime that is now known as the Rape of Nanking (the then Capital of China, now known as Nanjing). The duration of the massacre is not clearly defined, although the violence lasted well into the next six weeks, until early February 1938. During the occupation of Nanjing, the Japanese army committed numerous atrocities, such as rape, looting, arson and the execution of prisoners of war and civilians. A large number of women and children were also killed, as rape and murder became more widespread. The death toll is generally considered to be between 150,000 and 300,000. The Wikipedia article contains images and descriptions of the atrocities committed.